TUGAS
KELOMPOK EKOLOGI HEWAN
Tentang
“NYAMUK Aedes aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp”
Disusun oleh:
NO
|
NAMA
|
NPM
|
1
|
Asih Susanti
|
10321396
|
2
|
Astri
Anggraini
|
10321398
|
3
|
Ayu Novtiana
Devri
|
10321400
|
4
|
Bagas Rasyid
Sidiq
|
10321401
|
5
|
Betti
Nurhidayah
|
10321402
|
Kelas : Biologi.B
Semester : 4 (Empat)
LABORATORIUM PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan
kepada Allah SWT yang telah menciptakan kenikmatan serta Taufik dan hidayahNya
kepada penyusun, sehingga penyusun bisa menyelesaikan tugas individu ini.
Penyusun makalah yang berjudul “NYAMUK Aedes
aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp” ini, bertujuan untuk
mengetahui karakteristik nyamuk yang hidup disekitar kita.
Penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekologi Hewan Bapak Dr. Agus Sutanto,
M.si dan Bapak Suharno Zein, M.sc, serta semua pihak yang membantu sehingga
tugas praktikum ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan tugas makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun dalam
pembuatan makalah yang akan datang, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Metro,
07 April 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
KATA PENGANTAR
............................................................................. ii
DAFTAR ISI
........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
a) Latar
belakang................................................................................. 1
b) Rumusan masalah .......................................................................... 3
c) Tujuan
Penulisan Makalah ............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4
A.
Nyamuk Aedes aegypti ................................................................. 4
B.
Nyamuk Anopheles sp..................................................................
10
C.
Nyamuk Culex sp ........................................................................ 18
BAB III PENUTUP................................................................................. 21
A. Kesimpulan
.................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
a)Latar Belakang
Nyamuk
adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles,
Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus
untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang;
antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.Dalam bahasa
Inggris, nyamuk dikenal sebagai “Mosquito”, berasal dari sebuah kata dalam
bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata
Mosquito bermula sejak tahun 1583.
Kebiasaan
makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia
dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..Beberapa
nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk betina
mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan
sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar,
termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll.
Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum
ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini,
maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur.
Pada
nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit
mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk
menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan
oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung
protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan
protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan
bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina
dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk
besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Nyamuk
mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo
tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya nyamuk
betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada
hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina
makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya.
telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk
berkembang.
Fase
perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan.
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering.
Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor
yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan
kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya.
telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik
dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan
telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari
300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman).
pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah
itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai
siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah
kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase
transisi. Fase ini dinamakan “fase pupa”.
Pada
fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan,
sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk
muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan . Nyamuk dalam
kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti
antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi
sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika
nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk
harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya
kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun
angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas
untuk penerbangan perdananya setelah istirahatsekitar setengah jam.
Beragam
jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak
sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam
penyakit pada manusia. Cara hidup dan cara “menusuk”- nya pun berbeda-beda.
Beberapa genus nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah
Anopheles, Aedes, dan Culex.
b) Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dalam penyusunan makalah ini penyusun merumuskan permasalahan
ke dalam beberapa point di bawah ini:
1.
Bagaimana morfologi nyamuk Aedes aegypti, Anopheles sp
dan Culex sp ?
2. Bagaimana siklus hidup nyamuk ?
3. Bagaimana perilaku nyamuk yang hidup
di sekitar kita?
c)
Tujuan pembuatan makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
permasalahan tersebut di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui morfologi nyamuk Aedes aegypti, Anopheles sp,
dan Culex sp
2.
Mengetahui siklus hidup nyamuk
3.
Memahami perilaku-perilaku nyamuk yang hidup di sekitar kita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nyamuk Anhopeles
sp
1.
Taksonomi
Kingdom
: Animal
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diphtera
Family
: Culicidae
Sub Family :
Anophelini
Genus
: Anopheles
Spesies
: Anopheles sp
2. Morfologi Nyamuk Anopheles
sp
A.
Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di
kedua sisinya.
B.
Dalam keadaan diam
(istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan
ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada
bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral
abdomen.
C.
Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan
air.
D.
Pupa, Mempunyai
tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang
digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
E.
Dewasa, bercak pucat
dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45 derajat suatu
permukaan.
F.
Warnanya bermacam-macam,
ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- bercak putih.
3. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua
serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan
yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya
terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan
kehidupan yaitu :
1. Tingkatan di dalam air.
2. Tingkatan di luar tempat berair
(darat/udara).
Untuk
kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan
terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik,
kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan
menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat
halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu
yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu,
keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong
(pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada
tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup
waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan
jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian
nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan
berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan
keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu kali selama hidupnya.
Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari
kepompong.
4.
Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik
nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran,
fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa
lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi
(kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang
vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.
Sebelum
mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari
bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya.
Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang
sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada
rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau
perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia.
5.
Perilaku Mencari
Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat
ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a.
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu.
Nyamuk Anopheles pada umumnya aktif
mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang
tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan
sampai pagi hari.
b.
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat.
Apabila dengan metode yang sama kita
adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil
penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik
yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang
mencari darah didalam rumah.
c.
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah.
Berdasarkan
macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila
lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap
darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
d. Frekuensi menusuk
Telah
diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya
Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya
memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali
nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik.
Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
6.
Perilaku Istirahat.
Istirahat
bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu
menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat
yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih
lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies
yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi
ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus).
Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap
darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun
sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
7.
Perilaku Berkembang
Biak.
Nyamuk
Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an.
Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus).
Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air
laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku
berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif
untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program
pemberantasan.
8.
Peranannya dalam kesehatan
Nyamuk
Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menusuk dalam
posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit
manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan
berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Pada
saat ini nyamuk vektor malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak20 spesies
dari genus Anopheles. Empat di antaranya adalah Anopheles Aconitus,
Anopheles Sundaicus, Anapheles Maculatus dan Anopheles
Barbirostris.
Ada beberapa jenis vektor malaria
yang perlu diketahui diantaranya.
1. An. Aconitus.
2. An. Sundaicus.
3. An. Maculatus.
4. An. Barbirostris.
9. Epidemiologi
Untuk
menentukan apakah nyamuk anophelini yang hidup di alam bebas berfungsi sebagai
vektor malaria adalah dengan jalan menemukan stadium sporozoit dari plasmodium
di kelenjar liur nyamuk. Cara untuk menemukan sporozoit ini adalah dengan
membedah nyamuk betina.
Untuk menentukan vektor di suatu
daerah endemik malaria, perlu diketahui beberapa faktor, antara lain:
·
Kebiasaan nyamuk anophelini mengisap darah manusia.
·
Umur nyamuk betina yang lebih dari 10 hari.
·
Kepadatan nyamuk anophelini melebihi spesies lain.
·
Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan
mengembangkan plasmodium menjadi stadium sporozoit bila nyamuk betina
diinfeksi.
10.
Pengendalian Vektor
Untuk pemberantasan malaria ini
dapat dilakukan berbagai cara, antara lain:
a. Mengobati
penderita sampai sembuh hingga tidak ada sumber penularan.
b.
Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan nyamuk anophelini dengan cara:
Ø Memasang kawat kasa di bagian-bagian
rumah yang terbuka seperti jendela, pintu dan ventilasi lainnya.
Ø Penggunaan kelambu.
Ø Melindungi dari gigitan nyamuk
dengan repellent.
Ø Memberikan penyuluhan tentang
kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan pemusnahan tempat perindukan nyamuk.
B.
Nyamuk Aedes aegypti
1.
Klasifikasi ilmiah dari nyamuk Aedes aegypti
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili
: Culicidae
Genus
: Aedes
Upagenus
: Stegomyia
Spesies
:Aedes aegypti
2.
Morfologi nyamuk Aedes
aegypti
1) Telur
Telur
Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan
berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan menempel pada
dinding wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang lebih 2,5 cm. Setiap
kali bertelur nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100 butir perhari
apabila berada pada tempat yang kering (tanpa air).
2) Jentik
Nyamuk
Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu sederhana
yang tersusun bilateral simetris. Jentik ini dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami empat kali pergantian kulit (tingkatan) yang biasa
disebut instar dan terdiri dari instar I, II, III, IV. Jentik instar I,
tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri- duri (spinae)
pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon) belum
menghitam. Jentik instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 – 3,9 mm, duri dada
belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Jentik instar IV telah
lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala
(chepal), dada (thorax),dan perut (abdomen).
Pada
bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri- duri,
dan alat- alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar
dan terdapat bulu- bulu simetris. Perut tersusun atas delapan ruas. Pada ruas
perut kedelapan, ada alat untuk bernafas yang disebut corong. Corong pernafasan
tanpa duri- duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu- bulu (tuft). Ruas
kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu- bulu sikat (brush) dibagian
ventral dan gigi- gigi sisir (comb) yang berjumlah 15 – 19 gigi yang tersusun
dalam satu baris.
Gigi-
gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Jentik ini tubuhnya
langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, waktu
istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.
3) Kepompong (Pupa) pernafasan.
Pupa
nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada
(chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya,
sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada
terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut kedelapan terdapat
sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut
berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh pada ruas kedelapan tidak bercabang.
Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila
dibandingkan dengan jentik. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang
permukaaan air.
4) Nyamuk Dewasa
Nyamuk
Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan
perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang
berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking)
dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk hjantan
bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena
itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina
mempunyai antena tipe pilose.
Dada
nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax dan metathorax.
Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia
(betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang- gelang
putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada
bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam. Bagian
punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk
membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti
berupa sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian
di tengahnya.
Perut
terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik putih.
Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapinya.
3.
Perilaku dan Siklus hidup
Aedes
aegypti
bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang
hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk
betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan
protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.
Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah.
Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di
dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di
bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Infeksi
virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah
pada peningkatan kompetensi
vektor,
yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan
nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap
darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya,
risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di
Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun
tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah
hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Nyamuk
A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam
dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi
larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke
instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva
berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2
hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur
hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama
jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur
Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam
keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan
akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap
darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan
nyamuk-nyamuk.
Secara
bioekologis nyamuk tersebut mempunyai dua habitat yaitu aquatic (perairan)
untuk fase pradewasanya (telur, larva dan pupa), dan daratan atau udara untuk
serangga dewasa. Walaupun habitat nyamuk di daratan atau udara, namun juga
mencari tempat di dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur
yang diletakkan itu tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu
bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu
akan berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan lingkungan yang cocok pada
musim hujan untuk menetas. Terlur itu akan menetas antara 3 – 4 jam setelah
mendapat genangan air menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari telur
tersebut hidup mengapung di bawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut
berhubungan dengan upayanya menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon
menjangkau permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk bernafas. .
Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah
mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa
dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari
pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8
hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Habitat
seluruh masa pradewasanya dari telur, larva dan pupa hidup di dalam air
walaupun kondisi airnya sangat terbatas .
4.
Perilaku Mencari
Darah
v Mempunyai perilaku makan yaitu mengisap nectar
dan jus tanaman sebagai sumber energinya.
v Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah
untuk bertelur
v Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2
– 3 hari sekali
v Menghisap darah pada pagi hari sampai sore
hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00.
v Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk
betina sering menusuk lebih dari satu orang.
v Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.
v Umur nyamuk betina dapat
mencapai sekitar 1 bulan.
5.
Perilaku Pada Saat Istirahat
ü Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina
perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur.
ü Tempat istirahat yang disukai :
ü Tempat-tempat yang lembab dan kurang
terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
ü Di dalam rumah seperti baju yang digantung,
kelambu, tirai
ü Di luar rumah seperti pada tanaman hias di
halaman rumah.
6.
Perilaku Berkembang Biak
1. Nyamuk Aedes Aegypti bertelur
dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti : Tempat
penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan, drum
air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.
2. Wadah yang berisi air bersih atau
air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan
bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan
barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
3. Telur diletakkan menempel pada dinding
penampungan air, sedikit di atas permukaan air.
4. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat
mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.
5. Telur ini di tempat kering (tanpa
air) dapat bertahan sampai 6 bulan.
6. Telur akan menetas menjadi jentik
setelah sekitar 2 hari terendam air.
7. Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari
akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.
8. Pupa nyamuk masih dapat aktif
bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1– 2 hari akan memunculkan
nyamuk Aedes Aegypti yang baru.
7. Cara Penularan Penyakit.
Apabila
nyamuk terinfeksi itu menusuk inang (manusia) untuk mengisap cairan darah, maka
virus yang berada di dalam air liurnya masuk ke dalam sistem aliran darah
manusia. Setelah mengalami masa inkubasi sekitar empat sampai enam hari,
penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi. Untuk mendapatkan inangnya,
nyamuk aktif terbang pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore
hari antara pukul 15.00-17.00. Nyamuk yang aktif mengisap darah adalah yang
betina untuk mendapatkan protein. Tiga hari setelah menghisap darah, nyamuk
betina menghasilkan telur sampai 100 butir telur kemudian siap diletakkan pada
media. Setelah itu nyamuk dewasa, mencari inang luntuk menghisap darah untuk
bertelur selanjutnya.
8.
Peranannya dalam
kesehatan
Aedes
aegypti merupakan
jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning
(yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi
hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A.
aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes
albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.
9.
Pengendalian vektor
Cara
yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran
penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran
vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu
menguras, menutup, dan mengubur.
- Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
- Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
- Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Beberapa
cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara
lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites
sp. Predator larva Aedes sp. ini ternyata
kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue. Penggunaan insektisida
yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga
akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis.
Penggunaan insektisida juga akhirnya memunculkan masalah resistensi serangga
sehingga mempersulit penanganan di kemudian hari.
C. Nyamuk Culex sp
1.
Taksonomi
Kingdom
: Animal
Phylum
: Arthropoda
Family
: Culicidae
Kelas
: Insecta
Ordo
: Dipthera
Sub Family : Culicini
Genus
: Culex
Spesies
: Culex sp
2.
Morfologi Nyamuk Culex sp
Telur berwarna coklat, panjang dan
silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur.
Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm Telur.
Telur culex diletakkan secara berderet- deret rapi
seperti kait dan tanpa pelampung yang berbentuk menyerupai peluru senapan.
Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon
yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan
gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak
tergantung pada permukaan air.
Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang
bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen
Nyamuk Dewasa
·
Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, wsedang
nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang
simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna
sehingga tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih
dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut selalu
menumpul.
3.
Siklus hidup
Waktu
yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa lebih pendek
antara 1 – 2 minggu. Tempat perindukan nyamuk Culex dapat bertelur di
air jernih maupun di air keruh. Permukaan air dapat ditumbuhi oleh berbagai
macam tanaman air.
4.
Perilaku nyamuk
Nyamuk
Culex mempunyai kebiasaan mengisap darah pada malam hari. Jarak terbang
biasanya pendek mencapai jarak rata- rata beberapa puluh meter saja. Umur
nyamuk Culex baik di alam maupun di laboratorium sama seperti Anopheles,
biasanya kira- kira dua minggu.
5.
Peranannya dalam kesehatan
Culex
sp.
bertindak sebagai vektor Filariasis, Japanese Encephalitis, dan demam
Chikungunya. Japanese encephalitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus.
Virus ini disebarkan melalui tusukan nyamuk Culex.
6.
Cara Penularan
Awalnya
virus japanese encephalitis berkembang biak dalam tubuh babi. Lalu nyamuk
betina Culex mengisap darah babi dan menularkan virus ini saat menusuk
manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Morfologi Nyamuk Anopheles
sp
·
Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di
kedua sisinya.
·
Dalam keadaan diam
(istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan
ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada
bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral
abdomen.
·
Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan
air.
·
Pupa, Mempunyai
tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang
digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
·
Dewasa, bercak pucat
dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45 derajat suatu
permukaan.
·
Warnanya
bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- bercak putih.
b.
Morfologi nyamuk Aedes
aegypti
§ Telur Aedes aegypti berukuran
0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan berbentuk oval.
§ JentikNyamuk Aedes aegypti tubuhnya
memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu sederhana yang tersusun bilateral
simetris.
§ Kepompong (Pupa) pernafasan, Pupa nyamuk Aedes aegypti
bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar
apabila dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca
“koma”.
§ Nyamuk Dewasa, nyamuk Aedes aegypti tubuhnya
tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala
terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. tumbuhan (phytophagus).
Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.
c. Morfologi Nyamuk Culex sp
Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon
yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb
dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan
tampak tergantung pada permukaan air.
Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang
bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen
Nyamuk Dewasa
·
Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, wsedang
nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang
simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna
sehingga tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih
dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut selalu
menumpul.
DAFTAR
PUSTAKA
Annonimus. 2010. Nyamuk Aedes aegypti. http://id.shvoong.com/medicine-and- health/epidemology-public-health/2066459-nyamuk-aedes-aegypti.Diakses pada Kamis, 5 April 2012, Pukul 14.00 WIB
Judarwanto, Widodo. 2007. Profil Nyamuk Aedes pembasmiannya. http://indonesiaindonesia.com/f/2010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes- pembasmiannya/. Diakses pada Kamis, 5 April
2012, Pukul 12.30 WIB
Wirayoga, Raditya. 2010. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti. http://cluzterzz.wordpress.com/2010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes-aegypti/. Diakses pada Jum’at, 6 April 2012 Pukul
15.45 WIB