Selasa, 30 Oktober 2012

Pengamatan jamur mikrobiologi

BAB I PENDAHULUAN Diantara tumbuhan – tumbuhan rendah ( bercahaya ), maka golongan ganggang alga dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada golongan bakteri. Apakah golongan ganggang itu langsung menjadi golongana bakteri ataukah jamur yang menjadi kelanjutan langsung dari bakteri. Hali ini sangat sukar ditentukan. Peninjauan secara morfologi dan fisiologi menemukan suatu golongan bakteri , chlamydobacterialos, pangkal pertumbuhan golongan ganggang , hal mana dapat diketahui mengenai mengelubungi tubuh organisme tersebut, akan tetapi pembiakannya dengan menggunakan konidia itu lebih menggenangkan kepada sifat jamur ( Dwidjoseputro, 2005 ). Selanjutnya golongan jamur itu demikian luasnya sehingga penguasaannya dibidang ilmu pengetahuan memerlukan keahlian tersendiri bidang itu disebut mikologi. Hanya jamur – jamur tingkat rendah masuk dalam bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 2005 ). Yang melatarbelakangi percobaan ini agar dapat memahami dan mengerti tentang fungi dan dapat membedakan jamur yang Mengetahui perbedaan yeast dan mold Mengetahui hasil jenis jamur dari jagung busuk. Mempelajari cirri – cirri dari jamur BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom mendapatkan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi ( Gandjar. 1999 ). Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang saling berhubungan menjalin dibedakan berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan bersel tunggal merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi mempunyai beberapa Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda Berkembang biak dengan spora Tidak mempunyai batang , cabang, akas dan daun Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing -masing bagian seperti pada tanaman. Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. memenuhi mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat makanan merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat glukosa,sukrosa,atau maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik, dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tetapi ada juga yang tidak sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan tiamin dan biotin ( Baik jamur yang bersahaja khas, yang bercabang – cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi ( sacharomycetes ) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak hidupnya terpaksa menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh melebihi jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. golongan tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan lengkapnya Ganggang adalah thallophyta yang berklorofil Jamur berbiak secara vegetative dan generative macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan adalah : Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok – kelompok kecil, masing – masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah – belah seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora konidia Pada beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta berdinding tebal, bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora ( Jika bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka bagian – bagian itu disebut artospora ( serupa batu bata ), oidiospora atau oidia ( serupa telur ) saja ( Waluyo,2005 ). jamur Pembiakan secara generative dilakukan dengan isogamete atau dengan heterogamete ( arisogamet ). Pada beberapa spesies perbedaan morfologi antara jenis sel kelamin itu belum nampak sehingga semuanya kita sebut isogamete, kadang – kadang Pada beberapa spesies lain tampak adanya perbedaan mengenai sehingga ( sel kelamin jantan ) dan makrogamet ( sel kelamin betina ). Di dalam keadaan yang serba optimum, maka jamur membiak dengan cepat sekali. Hanya kekeringanlah merupakan factor pembatas bagi pertumbuhannya ( Waluyo,2005 ). Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat , perairan, maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetativnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat yang membusuk ( kayu lapuk, buah – buahan yang terlalu masak, makanan yang membusuk ). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna ( merah , hitam , jingga, kuning, krem, putih, abu – abu , coklat, kebiru – biruan, dan sebagainya ) pada daun mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikrosokop ( Waluyo,2005 ). Spora kapang berproduksi secara aseksual dengan menghasilkan arthokonidia, blastokonidia, klamisdospora, konidia, sporangiospora, dan secara seksual dengan menghasilkan akospora, basidiospora dan zigospora. Rizhoid adalah bentuk hifa vegetative mirip akar dari tumbuhan yang dapat bercabang – cabang seperti jari – jari pada tangan, tetapi dapat sederhana, Perhatikan letak dari rhizoid pada hifa, apakah langsung berhadapan dengan sporangiosfor atau terdapat pada stolon ( Waluyo,2005 ). Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut ; benang dibanding khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan ( pendekatan ) kandungan air totol pada makanan yang baik untuk pertumbuhan dan dibawah 14 – 15 % pada biji – bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur. Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur 25 O C – 30 O C, namun beberapa tumbuh baik pada suhu 25 O C – 37 O C atau lebih, misalnya pada spesies Aspergilis.s.p Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman Jamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan oksigen Kebanyakan interval PH yang luas ( PH 2.0 – 8.5 ), walaupun pada umumnya jamur Kebutuhan makanan ( Nutrisi ) Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam – macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam – macam enzim hidrolit, yaitu amylase, pektinose, proteinose, dan lipase.

Minggu, 21 Oktober 2012

Menjadi Sarjana Posted on 27 Februari 2012 Hingga saat ini menjadi sarjana mungkin masih manjadi dambaan dan harapan bagi sebagian besar orang, tentu dengan alasan dan motif yang yang bersifat naif-pragmatis hingga motif altruistik-idealis. Dalam hal ini, motif naif-pragmatis bisa dimaknai sebagai dorongan yang lebih tertuju kepada kepentingan pribadi, untuk misalnya kedudukan dalam jabatan, melalui upaya dan tindakan yang menghalalkan segala cara. Sementara motif altruistik-idealis dapat dipahami sebagai motif yang didasari untuk melayani dan memberikan manfaat bagi orang lain, melalui upaya belajar keras dan penuh kesungguhan. Sarjana adalah gelar akademik yang Untuk memperoleh gelar sarjana, secara normatif pendidikan sarjana (S-1). dibutuhkan waktu perkuliahan selama perkuliahan dengan jumlah SKS sebanyak dinyatakan lulus oleh sebuah perguruan tinggi, maka dia berhak menyandang gelar sarjana. Hingga era akhir 70-an, keberadaan sarjana boleh dikatakan tergolong makhluk langka di bumi Indonesia, mungkin karena pada waktu itu jumlah perguruan tinggi (negeri maupun swasta) di Indonesia masih relatif terbatas. Namun seiring dengan semakin diperluasnya jumlah program studi dan terus berkembangnya jumlah perguruan tinggi hingga ke pelosok-pelosok daerah, maka jumlah sarjana Indonesia pun semakin bertebaran, dengan bidang keahlian yang beragam. Sebelum tahun 1993, sebutan gelar sarjana di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari, sebut saja misalnya: Drs., Dra, Ir., atau SH. Namun sejak tahun 1993 (Keputusan Mendikbud No. 036/U/1993), menjadi lebih beragam, disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing, (saat ini jumlahnya hingga mencapai puluhan, saya pun tak kuasa untuk mengingatnya satu per satu). Belakangan ini sedang berkembang polemik terkait dengan adanya Surat Edaran dari Dirjen Dikti No. 152/E/T/2012 tentang kewajiban publikasi ilmiah dalam Jurnal sebagai syarat untuk lulus menjadi sarjana. “Seorang sarjana harus memiliki kemampuan menulis secara ilmiah, termasuk menguasai tata cara penulisan ilmiah yang baik”, demikian ungkap Dirjen Dikti Kemdikbud, Djoko Santoso, diwawancarai oleh Kompas.com. Walau secara teknis, mungkin akan timbul berbagai persoalan dalam mengimplementasikannya, tetapi secara pribadi pada dasarnya saya setuju dengan adanya ketentuan ini, dengan harapan semoga dapat memperbaiki mutu sarjana kita, khususnya dalam mengembangkan budaya intelektual, yang belakangan ini tampaknya cenderung memudar. Perkembangan terbaru, berdasarkan Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, jabatan teknisi atau analis (bukan dikategorikan sebagai ahli) yang berada pada level (jenjang) 6 (enam), dengan gambaran kualifikasi, sebagai berikut: Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi situasi yang dihadapi. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi. Kerangka Kualifikasi Memperhatikan ketentuan tentang (KKNI) tesebut, tampak bahwa seorang sarjana sesungguhnya memiliki posisi yang relatif tinggi dalam struktur masyarakat Indonesia, dilihat dari kapasitas keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya. Dengan demikian kiranya cukup terang, sesungguhnya sembarangan dan bukan sembarangan orang. Kepadanya dituntut untuk tersedia kapasitas kognitif tingkat tinggi serta memiliki tanggung jawab yang tidak hanya pada dirinya dan lingkungan dimana dia berada, tetapi juga memikul tanggung jawab yang hakiki yaitu kepada Sang Khalik Barangkali itulah sarjana yang sejatinya.