Rabu, 19 Desember 2012

Makalah “NYAMUK Aedes aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp”



TUGAS KELOMPOK EKOLOGI HEWAN
Tentang “NYAMUK Aedes aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp





Disusun oleh:

NO
NAMA
NPM
1
Asih Susanti
10321396
2
Astri Anggraini
10321398
3
Ayu Novtiana Devri
10321400
4
Bagas Rasyid Sidiq
10321401
5
Betti Nurhidayah
10321402
                                                Kelas               : Biologi.B
                                                Semester          : 4 (Empat)

LABORATORIUM PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2012



KATA PENGANTAR

             Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah menciptakan kenikmatan serta Taufik dan hidayahNya kepada penyusun, sehingga penyusun bisa menyelesaikan tugas individu ini.
            Penyusun makalah yang berjudul “NYAMUK Aedes aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp” ini, bertujuan untuk mengetahui karakteristik nyamuk yang hidup disekitar kita.
            Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekologi Hewan Bapak Dr. Agus Sutanto, M.si dan Bapak Suharno Zein, M.sc, serta semua pihak yang membantu sehingga tugas praktikum ini dapat terselesaikan.
            Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun dalam pembuatan makalah yang akan datang, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



Metro, 07 April 2012

Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
a)      Latar belakang................................................................................. 1
b)      Rumusan masalah ..........................................................................  3
c)      Tujuan Penulisan Makalah .............................................................  3
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................  4
A.    Nyamuk Aedes aegypti .................................................................  4
B.     Nyamuk Anopheles sp.................................................................. 10
C.     Nyamuk Culex sp ........................................................................  18
BAB III PENUTUP................................................................................. 21
A.    Kesimpulan ..................................................................................  21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................  23




BAB I
PENDAHULUAN


a)Latar Belakang
            Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai “Mosquito”, berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583.
            Kebiasaan makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur.
            Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
            Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya.  telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang.
            Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan “fase pupa”.
            Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan . Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahatsekitar setengah jam.
            Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit pada manusia. Cara hidup dan cara “menusuk”- nya pun berbeda-beda. Beberapa genus nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan Culex.
b)   Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penyusunan makalah ini penyusun merumuskan permasalahan ke dalam beberapa point di bawah ini:
1.   Bagaimana morfologi nyamuk Aedes aegypti, Anopheles sp dan Culex sp ?
2.   Bagaimana siklus hidup nyamuk ?
3.   Bagaimana perilaku nyamuk yang hidup di sekitar kita?

c)   Tujuan pembuatan makalah
      Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan tersebut di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui morfologi nyamuk Aedes aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp
2.      Mengetahui siklus hidup nyamuk
3.      Memahami perilaku-perilaku nyamuk yang hidup di sekitar kita




BAB II
PEMBAHASAN


A.  Nyamuk Anhopeles sp

1.   Taksonomi
Kingdom        : Animal
Phylum          : Arthropoda
Kelas              : Insecta
Ordo               : Diphtera
Family            : Culicidae
Sub Family    : Anophelini
Genus             : Anopheles
Spesies          : Anopheles sp

2. Morfologi  Nyamuk Anopheles sp

A.    Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya.
B.      Dalam keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen.
C.     Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan air.
D.     Pupa, Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
E.      Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45 derajat suatu permukaan.
F.      Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- bercak putih.

3.   Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
            Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
1. Tingkatan di dalam air.
2. Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).
            Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
            Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.

4.   Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
            Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.
            Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia.

5.    Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

a.      Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu.
             Nyamuk Anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti  ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.

b.      Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat.
            Apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.

c.       Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah.
            Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.

d.      Frekuensi menusuk
            Telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.

6.   Perilaku Istirahat.
            Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.


7.       Perilaku Berkembang Biak.
            Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.

8.   Peranannya dalam kesehatan
            Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menusuk dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Pada saat ini nyamuk vektor malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak20 spesies dari genus Anopheles. Empat di antaranya adalah Anopheles Aconitus, Anopheles Sundaicus, Anapheles Maculatus dan Anopheles Barbirostris.
Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya.
1. An. Aconitus.
2. An. Sundaicus.
3. An. Maculatus.
4. An. Barbirostris.

9.      Epidemiologi
            Untuk menentukan apakah nyamuk anophelini yang hidup di alam bebas berfungsi sebagai vektor malaria adalah dengan jalan menemukan stadium sporozoit dari plasmodium di kelenjar liur nyamuk. Cara untuk menemukan sporozoit ini adalah dengan membedah nyamuk betina.
Untuk menentukan vektor di suatu daerah endemik malaria, perlu diketahui beberapa faktor, antara lain:
·             Kebiasaan nyamuk anophelini mengisap darah manusia.
·             Umur nyamuk betina yang lebih dari 10 hari.
·             Kepadatan nyamuk anophelini melebihi spesies lain.
·             Hasil  percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan mengembangkan plasmodium menjadi stadium sporozoit bila nyamuk betina diinfeksi.

10.  Pengendalian Vektor
Untuk pemberantasan malaria ini dapat dilakukan berbagai cara, antara lain:
a.    Mengobati penderita sampai sembuh hingga tidak ada sumber penularan.
b.    Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan nyamuk  anophelini dengan cara:
Ø  Memasang kawat kasa di bagian-bagian rumah yang terbuka seperti jendela, pintu dan ventilasi lainnya.
Ø  Penggunaan kelambu.
Ø  Melindungi dari gigitan nyamuk dengan repellent.
Ø  Memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan pemusnahan tempat perindukan nyamuk.


B.     Nyamuk Aedes aegypti

1.   Klasifikasi ilmiah dari nyamuk Aedes aegypti
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas                : Insecta
Ordo                  : Diptera
Famili                : Culicidae
Genus              : Aedes
Upagenus        : Stegomyia
Spesies            :Aedes aegypti

2.   Morfologi nyamuk Aedes aegypti

1)      Telur
            Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan menempel pada dinding wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang lebih 2,5 cm. Setiap kali bertelur nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100 butir perhari apabila berada pada tempat yang kering (tanpa air).

2)      Jentik
            Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Jentik ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami empat kali pergantian kulit (tingkatan) yang biasa disebut instar dan terdiri dari instar I, II, III, IV. Jentik instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri- duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon) belum menghitam. Jentik instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Jentik instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax),dan perut (abdomen).
            Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri- duri, dan alat- alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu- bulu simetris. Perut tersusun atas delapan ruas. Pada ruas perut kedelapan, ada alat untuk bernafas yang disebut corong. Corong pernafasan tanpa duri- duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu- bulu (tuft). Ruas kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu- bulu sikat (brush) dibagian ventral dan gigi- gigi sisir (comb) yang berjumlah 15 – 19 gigi yang tersusun dalam satu baris.
            Gigi- gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Jentik ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.
3)   Kepompong (Pupa) pernafasan.
            Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut kedelapan terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh pada ruas kedelapan tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan jentik. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaaan air.
4)   Nyamuk Dewasa
            Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk hjantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.
            Dada nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax dan metathorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang- gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam. Bagian punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian di tengahnya.
            Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya.



3.   Perilaku dan Siklus hidup
            Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
            Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
            Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
            Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
            Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
            Secara bioekologis nyamuk tersebut mempunyai dua habitat yaitu aquatic (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva dan pupa), dan daratan atau udara untuk serangga dewasa. Walaupun habitat nyamuk di daratan atau udara, namun juga mencari tempat di dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur yang diletakkan itu tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk menetas. Terlur itu akan menetas antara 3 – 4 jam setelah mendapat genangan air menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di bawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon menjangkau permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk bernafas. . Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Habitat seluruh masa pradewasanya dari telur, larva dan pupa hidup di dalam air walaupun kondisi airnya sangat terbatas .

4.       Perilaku Mencari Darah

v   Mempunyai perilaku makan yaitu mengisap nectar dan jus tanaman sebagai sumber energinya.
v   Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
v   Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali
v   Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00.
v   Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menusuk lebih dari satu orang.
v   Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.
v    Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

5.      Perilaku Pada Saat Istirahat
ü   Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur.
ü   Tempat istirahat yang disukai :
ü  Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
ü   Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai
ü   Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

6.      Perilaku Berkembang Biak
1.   Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti : Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.
2.   Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
3.    Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air.
4.    Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.
5.   Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan.
6.   Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air.
7.   Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.
8.   Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1– 2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru.
7. Cara Penularan Penyakit.
            Apabila nyamuk terinfeksi itu menusuk inang (manusia) untuk mengisap cairan darah, maka virus yang berada di dalam air liurnya masuk ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah mengalami masa inkubasi sekitar empat sampai enam hari, penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi. Untuk mendapatkan inangnya, nyamuk aktif terbang pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00. Nyamuk yang aktif mengisap darah adalah yang betina untuk mendapatkan protein. Tiga hari setelah menghisap darah, nyamuk betina menghasilkan telur sampai 100 butir telur kemudian siap diletakkan pada media. Setelah itu nyamuk dewasa, mencari inang luntuk menghisap darah untuk bertelur selanjutnya.
8.    Peranannya dalam kesehatan
            Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.
9.   Pengendalian vektor
            Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.

  • Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
  • Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
  • Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.

            Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp. Predator larva Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue. Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis. Penggunaan insektisida juga akhirnya memunculkan masalah resistensi serangga sehingga mempersulit penanganan di kemudian hari.



C.  Nyamuk Culex sp

1.   Taksonomi
Kingdom        : Animal
Phylum          : Arthropoda
Family           : Culicidae
Kelas              : Insecta
Ordo               : Dipthera
Sub Family    : Culicini
Genus             : Culex
Spesies          : Culex sp

2.    Morfologi Nyamuk Culex sp
            Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur. Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm Telur.
*      Telur culex diletakkan secara berderet- deret rapi seperti kait dan tanpa pelampung yang berbentuk menyerupai peluru senapan.
*      Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
*      Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen
*      Nyamuk Dewasa
·         Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, wsedang nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna sehingga tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut selalu menumpul.

3.    Siklus hidup
            Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa lebih pendek antara 1 – 2 minggu. Tempat perindukan nyamuk Culex dapat bertelur di air jernih maupun di air keruh. Permukaan air dapat ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman air.
4.   Perilaku nyamuk
            Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan mengisap darah pada malam hari. Jarak terbang biasanya pendek mencapai jarak rata- rata beberapa puluh meter saja. Umur nyamuk Culex baik di alam maupun di laboratorium sama seperti Anopheles, biasanya kira- kira dua minggu.
5.   Peranannya dalam kesehatan
            Culex sp. bertindak sebagai vektor Filariasis, Japanese Encephalitis, dan demam Chikungunya. Japanese encephalitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini disebarkan melalui tusukan nyamuk Culex.
6.   Cara Penularan
            Awalnya virus japanese encephalitis berkembang biak dalam tubuh babi. Lalu nyamuk betina Culex mengisap darah babi dan menularkan virus ini saat menusuk manusia.















BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

a.   Morfologi  Nyamuk Anopheles sp

·        Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya.
·         Dalam keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen.
·         Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan air.
·         Pupa, Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
·         Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45 derajat suatu permukaan.
·         Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- bercak putih.

b.   Morfologi nyamuk Aedes aegypti
§  Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan berbentuk oval.
§  JentikNyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris.
§  Kepompong (Pupa) pernafasan, Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”.
§  Nyamuk Dewasa, nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.
c.       Morfologi Nyamuk Culex sp
*      Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
*      Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen
*      Nyamuk Dewasa
·         Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, wsedang nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna sehingga tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut selalu menumpul.









DAFTAR PUSTAKA

Annonimus. 2010. Nyamuk Aedes aegypti. http://id.shvoong.com/medicine-and-                  health/epidemology-public-health/2066459-nyamuk-aedes-aegypti.Diakses                 pada Kamis, 5 April 2012, Pukul 14.00 WIB
Judarwanto, Widodo. 2007. Profil Nyamuk Aedes pembasmiannya.                                      http://indonesiaindonesia.com/f/2010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes-                    pembasmiannya/. Diakses pada Kamis, 5 April 2012, Pukul 12.30 WIB
Wirayoga, Raditya. 2010. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti.                                                     http://cluzterzz.wordpress.com/2010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes-aegypti/.         Diakses pada Jum’at, 6 April 2012 Pukul 15.45 WIB